myidaayu.com

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Sebuah Privilege Yang Sering Tak Disadari

Posting Komentar

Ibu Rumah Tangga

Hari ini Bude Mi, ART di rumah saya, tidak datang karena harus mengurusi orang tuanya yang sedang sakit. Sementara saya sedang tergoler malas di sofa depan televisi. Gelegar suara televisi tidak mampu menghentikan laju pikiran saya yang entah kemana. Saya merasa sangat tidak bersemangat. Lihat saja, bertebaran mainan anak-anak dimana-mana. Didapur, tumpukan piring kotor dan wajan bekas memasak tadi pagi belum juga ingin saya jamah. Padahal biasanya saya selalu merasa tidak nyaman jika rumah semrawut, belum lagi kalau terinjak kepingan lego atau part kecil dari mainan anak-anak….hmmm rasanya langsung ingin murka!

Ini semua gara-gara medsos! Ya, baru saja saya membuka salah satu akun media sosial yang teramat jarang saya kunjungi sebenarnya. Memang saya kurang aktif bermedia sosial, hanya sesekali saja saat ada waktu sangat luang. Kesibukan menjadi ibu dengan tiga orang anak membuat saya tak sempat menghiraukan akun media sosial yang sepi follower.

Kemudian tiba-tiba ketika saya membukanya, yang terpampang pertama kali adalah foto dan video seorang teman seperjuangan dulu semasa menjadi mahasiswa. Dia saat ini sukses meniti kariernya. Ada perasaan insecure yang membuat saya merasa tak nyaman. Entahlah, mungkin saya cemburu atau mungkin merasa diri tak mampu memberi andil apa-apa pada kehidupan.

Kadang terbersit pikiran, “Lima belas tahun nanti jika teman-temanku menjadi sangat sukses dengan segala title dan jabatannya, aku tetap hanya seorang ibu rumah tangga, apa yang bisa aku banggakan?”. Hah! Sungguh pikiran itu merusak semua mood dan kebahagiaan saat menjalani peranku sebagai seorang ibu rumah tangga! Menyebalkan sekali.

Padahal saya tahu pasti, bisa memilih menjadi seorang ibu rumah tangga ini adalah sebuah privilege yang suami berikan pada saya. Disaat banyak ibu-ibu lain yang harus bersusah payah menjalani perannya sebagai ibu serta bekerja untuk membantu suaminya mencari nafkah. Mungkin meraka harus selalu berpacu dengan waktu, bangun pagi dengan tergesa-gesa untuk menyiapkan keperluan anak-anaknya dan segera berangkat bekerja. Mungkin saja, di tempat bekerjanya pun mereka terus merasa bersalah karena harus meninggalkan anak-anaknya seharian.

Hmmm, namun ya namanya manusia biasa, sawang-sinawang itu hal yang lumrah. Lalu bagaimana cara saya mengusir segala rasa tak nyaman yang datang tiba-tiba begini?

Mulai Menata Pikiran

Semua orang pasti memiliki alasannya masing-masing ketika mengambil sebuah keputusan. Bagi saya yang pasca menikah langsung menjalani LDR ( Long Distance Relationship), keinginan untuk segera memiliki anak menjadi alasan utama ketika dengan Ikhlas melepas karier dan memutuskan untuk mengikuti suami yang berdinas di jakata.

Merasa menyesalkah dengan keputusan itu? Tidak pernah sama sekali! Membersamai anak-anak bertumbuh selama ini menjadi kegiatan yang tidak pernah membosankan. Tertawa Bersama mereka ketika mendengar kisah serunya menjalani hari menjadi hiburan bagiku dan saya sangat mensyukurinya.

Upgrade Diri Dengan Terus Belajar


Ketika hati dan pikiran mulai tertata maka saya akan kembali siap menghadapi anak-anak. Saya sadar betul peran sebagai “Ibu” ini tidak mudah. Dan bahkan memerlukan waktu yang terus menerus untuk belajar. Oleh karena itu, saya selalu berupaya meng-up grade diri dengan mengikuti webinar, kajian atau membaca buku. Kegiatan memperkaya wawasan diri ini juga membuat saya merasa lebih berarti.

“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”


Bersosialisasi

Dikelilingi orang-orang baik menjadi salah satu rejeki yang patut kita syukuri. Tidak pernah terbersit sebelumnya bahwa saya akan menjadi warga Depok di usia 28 tahun karena sebelumnya selalu nyaman berada di tanah kelahiran sendiri. Memulai bergaul dan membangun hubungan baru, jauh dari sanak saudara dan orang tua memaksa saya untuk mampu beradaptasi sebaik mungkin.

Bagaimanapun juga manusia adalah makhluk sosial, pun dengan saya, tetap memerlukan bantuan dari orang-orang sekitar dalam banyak hal. Dan bersosialisasi bisa menjadi cara ampuh untuk mengusir kegalauan yang kadang muncul.

Mencari Kesibukan Yang Memberi Manfaat

Dalam hal ini ngeblog menjadi salah satu pilihan saya. Menulis mampu membantu saya mengungkapkan apa yang sedang bergumul di dalam otak, membuat diri lebih rileks dan bisa jadi juga menjadi jalan untuk memberi manfaat bagi lingkungan.

Selain ngeblog, saya juga suka mencoba memasak menu baru atau baking bersama anak-anak. Mencoba resep-resep baru namun simple nyatanya bisa memberikan hiburan bagi saya apalagi ketika makanan itu disukai oleh anak-anak rasanya nyleess, bangga sekali. Kebetulan sekali kemarin kami membuat Muffin cake. Muffin adalah salah satu kue favorit anak-anak yang sangat mudah dibuat dan rasanya lezat.

 
Resep Muffin Cake mudah



Di atas adalah resep muffin cake super simple yang saya buat bersama anak-anak, teman-teman juga dapat mencoba membuatnya. Bahan-bahan maupun cara pembuatannya sangat mudah. Ketika adonan mulai mengembang saat dipanggang maka wangi vanilla bercampur gula akan tercium di seantero rumah. Manis, harum khas aroma toko bakery sungguh membuat candu! Sudah dapat dipastikan anak-anak akan terus bolak-balik ke dapur ingin mengintip kue yang sedang di oven serta bertanya, “Udah mateng belum, Bun?”.

Nikmati Waktu Sendiri Sebentar

Sepertinya kalau bentuk me time yang harus pergi ke salon sendiri atau menikmati menyeruput kopi di sebuah kafe tanpa anak-anak, itu terlalu sulit untuk dapat saya lakukan. Oleh karena itu saya memilih menikmati waktu sendiri di rumah saja. Ya, itu saya lakukan ketika anak-anak sedang tidur atau bermain diluar bersama teman-temannya.

Terkadang sembari memberi hadiah pada diri sendiri (self reward), saya menikmati makanan favorit saya. Roti dengan isian keju tebal, ice cream atau camilan local yang sangat dirindu seperti pempek atau es dawet tidak pernah gagal membuat saya merasa senang. Menikmatinya dengan santai, tidak diburu-burui oleh rengekan atau colekan jari kecil yang juga ingin mencicipi sudah cukup menjadi me time bagi saya.

Sejatinya menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah privilege. Kita dapat membersamai tumbuh kembang si buah hati setiap harinya dengan tenang. Menjadi kesenangan tersendiri ketika mendengar celoteh lucu anak-anak. Dan kita bebas untuk tertawa lepas bersama mereka, karena ketika ibu bahagia maka kebahagiaan itu akan menular dan membuat suasana di rumah menjadi menyenangkan.

Nah, adakah teman-teman yang terkadang juga masih dihantui kegalauan seperti aku saat menjalani profesi sebagai Ibu Rumah Tangga? Boleh di coba ya beberapa tips dari saya diatas. Dan jika ada yang ingin menambahkan tipsnya bisa sharing dan tulis di kolom komentar ya!

Terima kasih.


Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI  


Related Posts

Posting Komentar